Monday, February 7, 2011

Batik Mega Mendung Lakon Bima Suci

Alhamdulillah setelah tiga bulan konsentrasi untuk mengembangkan motif batik mega mega mendung akhirnya matang juga. Ada tiga lakon yang telah dibuat, 
1. Mega Mendung Bima Suci
2. Mega Mendung Arjuna Tapa
3. Mega Mendung Pohon Kehidupan

Ketiganya masih fresh from the oven, perdana, jadi belum ada yang niru, he..he.. 

Berikut ulasan Mega Mendung Bima Suci. 
Kain terbuat dari primissima bendera biru, ukuran 110x265 cm ( ukuran lebih panjang, standar dagangan 110x220-240 cm ). Gradiasi mega mendung biru tua 7 gradiasi, latar coklat kayu, warna Bima hitam, warna ular merah. Garapan halus, klo beli nggak cocok, duit saya transfer kembali, garansi 1 minggu. 
Gambar diatas hanya sebagian dari gambar kain panjang, jika para juragan membutuhkan gambar detail email saja ke wongtrusmi@gmail.com.


Klo pengen tau cerita Bima Suci, bisa baca ini:

Bima Suci adalah salah satu Lakon Wayang Purwa. Lakon (atau cerita) ini menokohkan Bima, putera kedua Pandhu Dewanata, sebagai tokoh utamanya. Dalam cerita ini Bima mencari jati dirinya, atau dalam bahasa jawa dinamakan sangkan paraning dumadi.
---
Alkisah, Bima atas perintah gurunya (Begawan Drona) mencari “Banyu Perwitasari”. Dalam perjalanan mencari air kehidupan, Bima menuju hutan Tikbrasara yang terletak di gunung Reksamuka (yang artinya Mata). Di hutan ini Bima dihadang oleh dua raksasa Rukmuka (berarti Kesuksesan Duniawi) dan Rukmakala (yang berarti Kemuliaan Duniawi). Bima mampu mengalahkan ke dua raksasa itu. Ke dua raksasa mati dan musnah oleh Bima. Mereka berdua menjelma menjadi dewa Indra dan dewa Bayu. Kemudian terdengar suara, memberi tahu agar Bima kembali ke Ngastina dan bahwa di tempat itu tidak ada air suci. Bima segera kembali ke Ngastina.

Untuk memperoleh “inti sari pengetahuan sejati” (Perwitasari), Bima harus melalui samadi (yang dilambang dengan hutan Tibaksara dan gunung Reksomuka =Mata/pemahaman yang mendalam). Bima tidak bisa mencapai titik penyatuan mata batin dalam samadi kalau tidak ‘membunuh’ pikiran tentang kesuksesan dan kemuliaan duniawi.

---
Bima tiba di Ngastina menemui pendeta Drona yang sedang dihadap oleh para Kurawa. Mereka terkejut melihat kedatangan Bima. Semua yang hadir menyambut kedatangan Bima dengan ramah. Pendeta Drona menanyakan hasil kepergian Bima. Bima menjawab bahwa ia tidak menemukan air suci di gunung Candramuka. Ia hanya menemukan dua raksasa dan sekarang telah mati dibunuhnya. Pendeta Durna berkata, bahwa air suci telah berada di pusat dasar laut. Bima percaya dan akan mencarinya. Dengan basa-basi Duryodana memberi nasihat agar Bima berhati-hati. Bima berpamitan kepada pendeta Durna dan Doryudana.
---
Bima menemui saudara-saudaranya di kerajaan Ngamarta, ia minta pamit pergi mencari air suci. Yudisthira dan adik-adiknya sangat sedih, lalu memberitahu kepada Prabu Kresna raja Dwarawati. Kresna datang di Ngamarta, memberi nasihat agar para Pandhawa tidak bersedih hati. Dewa akan melindungi Bima. Bima minta diri kepada Kresna dan keluarga Pandhawa. Banyak nasihat Kresna kepada Bima, tetapi Bima teguh pada keinginannya. Para Pandhawa mencoba menghalang-halanginya, tetapi tidak berhasil menahannya.
---
Bima berjalan menelusuri hutan, kemudian tiba di tepi samodera. Bima mempunyai kesaktian berasal dari “aji sangara.” Dengan berani ia terjun ke dalam samodera (dalam jawa: samodra diidentikkan dengan ungkapan samodra pangaksami=pengampunan). Tiba-tiba seekor naga mencegatnya (Naga sebagai lambang Kejahatan dan belitan Hawa Nafsu). Naga membelit Bima, tetapi alhirnya naga mati ditusuk kuku Pancanaka.
Untuk memperoleh air perwitasari tidak cukup dengan membuang pikiran akan kesuksesan dan kemuliaan duniawi tetapi harus juga berani mengampuni kepada orang-orang yang bersalah dan membunuh kejahatan yang ada dalam dirinya (masuk samudra pengampunan dan membunuh naga kejahatan).

---
Setelah melampaui berbagai rintangan, akhirnya Bima ketemu Dewaruci, yang persis dengan dirinya namun dalam ukuran kecil. Bima masuk ke badan Dewaruci melalui telinga kanan dan di dalam diri Dewaruci, Bima melihat seluruh isi semesta alam.
Bima dengan samadi secara benar : menutup mata, mengatur nafas, konsentrasi dengan pikiran dan perasaan yang bersih (Cipta Hening). Dalam samadi ini, Bima menerima Terang atau wahyu sejati dalam samadi: “manunggaling kawula gusti”, kesatuan manusia dengan Tuhan. Dalam jati diri terdalam, manusia bersatu dengan Tuhan. Kemanunggalan ini yang menjadikan manusia mampu melihat hidup yang sejati. Dalam istilah kejawen: Mati sakjroning urip, urip sakjroning mati. Inilah perjalanan rohani untuk masuk dalam “samudera menanging kalbu” (samudera di dalam kalbu).

Sumber:
http://wayang.wordpress.com/2010/03/07/banjaran-cerita-pandawa-15-cerita-bima-suci/

2 comments:

  1. Terima kasih sudah memposting tulisan ini, menjelaskan makna raksasa Rukmuka dan Rukmakala, samodra (pangaksami), Naga dan belitannya(hawa nafsu), memang kebanyakan manusia kalah melawan raksasa Rukmuka dan Rukmakala, yang belum jelas makna aji sangara (pasti ada maknanya) bisa diungkap Bu ? Tulisan yang mengingatkan saya dan semua orang akan makna sesungguhnya dari menjalani hidup di dunia ini, semoga mendapat pahala dengan tulisan ini, Terima kasih & semoga sukses Bu !

    ReplyDelete
  2. mas foto patung bima suci posisi ada dimana ya? karya siapa? kok g dicantumkan?

    ReplyDelete