“Memayu hayu ning diri lan memayu hayu ning bawana”, yang artinya selalu memperbaiki diri dan selalu berbuat baik di dunia. Mengambil filosofi memayu di atas berarti memayu adalah melakukan perbaikan terhadap sesuatu yang berhubungan dengan kita, di sini memayu dipersempit menjadi melakukan perbaikan terhadap warisan Buyut Trusmi dengan cara memperbaiki bangunan yang terdapat dalam situs keramat makam Buyut Trusmi. Acara ini berupa mengganti atap yang terbuat dari welit yang dilakasanakan menjelang musim hujan.
Untuk menyambut memayu masyarakat Trusmi mengadakan pesta dengan menampilkan tontonan dan hiburan selama satu minggu penuh. Setiap blok berpartisipasi menggelar hiburan berupa tontonan seperti orkes, organ tunggal, wayang, sandiwara atau wayang wong, dan kesenian lainnya. Puncak hiburan pada malam Minggu, bisanya terdapat lebih dari tiga macam hiburan. Paginya setelah sholat shubuh dilaksanakan acara arak-arakan yang dimulai dari situs makam keramat Buyut Trusmi menuju ke barat belok ke selatan ke Desa Weru Lor kemudian kearah timur sepanjang jalan Cirebon Plered, belok ke utara ke desa Panembahan dan belok lagi ke Barat pulang menuju alun-alun Trusmi.
Arak-arakan diikuti oleh seluruh pengurus makam keramat Buyut Trusmi, pemangku adat, pemerintah desa Trusmi Wetan dan Trusmi Kulon, Camat dan perwakilan kecamatan Plered, Kapolsek dan perwakilannya serta perwakilan dari kabupaten Cirebon. Susunan parade arak-arakan ini yang terdepan adalah pasukan berkuda dan akrobat orang yang berjalan diatas drum sebagai pembuka jalan, dibelakangnya para pejabat pemerintah dan pemangku adat seperti sep, kunci kiai, dan kiai. Disusul dengan rombongan kemit dengan bermacam atribut warna, putih, hijau, kuning dan merah, masing-masing berjumlah dua belas membawa gaman dan perlengkapan memayu. Para tokoh masyarakat dengan memanggul welit berjalan dibelakang kemit. Setelah barisan pertama sebagai barisan wajib arak-arakan, di barisan kedua terdapat berbagai macam kesenian dan kresi seperti tari Baksa, angklung, drumbend, jangkungan, barong sae dan sebagainya. Tidak hanya masyarakat Trusmi yang melaksanakan arak-arakan ini, melainkan masyarakat desa sekitar juga ikut mengambil andil. Konon dipercaya dengan diikutsertaknnya suatu kesenian atau kreasi dalam acara memayu dapat meningkatkan derajat seseorang.
Di rumah ibu rumah tangga membuat kupat dan lepet ( semacam lemper yang dibunkus pelepah kelapa ). Seperti biasa masyarakat mensedekahkan untuk makam Buyut Trusmi, bayangkan sendiri berapa kupat dan lepet yang diterima kalau setiap keluaraga mensedekahkan tujuh kupat dan tujuh lepet, bisa tidak habis dimakan setahun.
Esok harinya acara memayu dimulai, semenjak subuh telah banyak masyarakat yang berkumpul. Tidak semua welit diganti melainkan setengah dari atap yang diganti, setengahnya lagi diganti tahun depan, jadi berselang-seling. Bangunan yang beratap welit adalah jinem barat, jinem timur, pewadonan, dan pendopo. Memayu ini dilaksanakan tidak kurang dari seribu masyarakat Trusmi dan sekitarnya, padahal kalau dihitung, penggantian welit dapat dilakukan hanya dengan sepuluh orang tukang. Ini adalah bentuk dari kepatuhan mereka terhadap nilai –nilai tradisi yang diwariskan Buyut Trusmi.
Kalau Anda ingin jajanan gratis alias tidak bayar, Anda bisa mendapatkannya disini. Beberapa pedagang berniat bersodaqoh memberikan yang mereka punya kepada masyarakat yang ikut dalam memayu tersebut.
Memayu tidak hanya dilaksanakan di situs makam keramat Buyut Trusmi, melainkan dilaksanakan di dua tempat lainnya, seperti di Rumah Gede di Blok Jero dan Balai Gede di Blok Bambangan.
Untuk menyambut memayu masyarakat Trusmi mengadakan pesta dengan menampilkan tontonan dan hiburan selama satu minggu penuh. Setiap blok berpartisipasi menggelar hiburan berupa tontonan seperti orkes, organ tunggal, wayang, sandiwara atau wayang wong, dan kesenian lainnya. Puncak hiburan pada malam Minggu, bisanya terdapat lebih dari tiga macam hiburan. Paginya setelah sholat shubuh dilaksanakan acara arak-arakan yang dimulai dari situs makam keramat Buyut Trusmi menuju ke barat belok ke selatan ke Desa Weru Lor kemudian kearah timur sepanjang jalan Cirebon Plered, belok ke utara ke desa Panembahan dan belok lagi ke Barat pulang menuju alun-alun Trusmi.
Arak-arakan diikuti oleh seluruh pengurus makam keramat Buyut Trusmi, pemangku adat, pemerintah desa Trusmi Wetan dan Trusmi Kulon, Camat dan perwakilan kecamatan Plered, Kapolsek dan perwakilannya serta perwakilan dari kabupaten Cirebon. Susunan parade arak-arakan ini yang terdepan adalah pasukan berkuda dan akrobat orang yang berjalan diatas drum sebagai pembuka jalan, dibelakangnya para pejabat pemerintah dan pemangku adat seperti sep, kunci kiai, dan kiai. Disusul dengan rombongan kemit dengan bermacam atribut warna, putih, hijau, kuning dan merah, masing-masing berjumlah dua belas membawa gaman dan perlengkapan memayu. Para tokoh masyarakat dengan memanggul welit berjalan dibelakang kemit. Setelah barisan pertama sebagai barisan wajib arak-arakan, di barisan kedua terdapat berbagai macam kesenian dan kresi seperti tari Baksa, angklung, drumbend, jangkungan, barong sae dan sebagainya. Tidak hanya masyarakat Trusmi yang melaksanakan arak-arakan ini, melainkan masyarakat desa sekitar juga ikut mengambil andil. Konon dipercaya dengan diikutsertaknnya suatu kesenian atau kreasi dalam acara memayu dapat meningkatkan derajat seseorang.
Di rumah ibu rumah tangga membuat kupat dan lepet ( semacam lemper yang dibunkus pelepah kelapa ). Seperti biasa masyarakat mensedekahkan untuk makam Buyut Trusmi, bayangkan sendiri berapa kupat dan lepet yang diterima kalau setiap keluaraga mensedekahkan tujuh kupat dan tujuh lepet, bisa tidak habis dimakan setahun.
Esok harinya acara memayu dimulai, semenjak subuh telah banyak masyarakat yang berkumpul. Tidak semua welit diganti melainkan setengah dari atap yang diganti, setengahnya lagi diganti tahun depan, jadi berselang-seling. Bangunan yang beratap welit adalah jinem barat, jinem timur, pewadonan, dan pendopo. Memayu ini dilaksanakan tidak kurang dari seribu masyarakat Trusmi dan sekitarnya, padahal kalau dihitung, penggantian welit dapat dilakukan hanya dengan sepuluh orang tukang. Ini adalah bentuk dari kepatuhan mereka terhadap nilai –nilai tradisi yang diwariskan Buyut Trusmi.
Kalau Anda ingin jajanan gratis alias tidak bayar, Anda bisa mendapatkannya disini. Beberapa pedagang berniat bersodaqoh memberikan yang mereka punya kepada masyarakat yang ikut dalam memayu tersebut.
Memayu tidak hanya dilaksanakan di situs makam keramat Buyut Trusmi, melainkan dilaksanakan di dua tempat lainnya, seperti di Rumah Gede di Blok Jero dan Balai Gede di Blok Bambangan.
Artikel terkait tentang ritual masyarakat Trusmi :
Assalamualaikum Salam sejahtera untuk kita semua, Sengaja ingin menulis
ReplyDeletesedikit kesaksian untuk berbagi, barangkali ada teman-teman yang sedang
kesulitan masalah keuangan, Awal mula saya mengamalkan Pesugihan Tanpa
Tumbal karena usaha saya bangkrut dan saya menanggung hutang sebesar
1M saya sters hampir bunuh diri tidak tau harus bagaimana agar bisa
melunasi hutang saya, saya coba buka-buka internet dan saya bertemu
dengan KYAI SOLEH PATI, awalnya saya ragu dan tidak percaya tapi selama 3 hari
saya berpikir, saya akhirnya bergabung dan menghubungi KYAI SOLEH PATI
kata Pak.kyai pesugihan yang cocok untuk saya adalah pesugihan
penarikan uang gaib 4Milyar dengan tumbal hewan, Semua petunjuk saya ikuti
dan hanya 1 hari Astagfirullahallazim, Alhamdulilah akhirnya 4M yang saya
minta benar benar ada di tangan saya semua hutang saya lunas dan sisanya
buat modal usaha. sekarang rumah sudah punya dan mobil pun sudah ada.
Maka dari itu, setiap kali ada teman saya yang mengeluhkan nasibnya, saya
sering menyarankan untuk menghubungi KYAI SOLEH PATI Di Tlp 0852-2589-0869
Atau Kunjungi Situs KYAI www.pesugihan-uang-gaib.blogspot.co.id/ agar di
berikan arahan. Supaya tidak langsung datang ke jawa timur, saya sendiri dulu
hanya berkonsultasi jarak jauh. Alhamdulillah, hasilnya sangat baik, jika ingin seperti
saya coba hubungi KYAI SOLEH PATI pasti akan di bantu Oleh Beliau